Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiiperglikemia yang terjadi akibat kerusakan (defek) sekresi insulin atau aksi insulin atau kedua-duanya. DM rentan terhadap komplikasi metabolik akut berupa diabetik keto-asidosis dan diabetik non ketotik hiperosmolar. Komplikasi yang kronik bisa berupa gangguan mikroangiopati seperti (nefropati, retinopati), maupun makroangiopati (penyakit jangung koroner, penyakit pembuluh darah otak, neuropati dan infeksi. Untuk mencegah terjadinya komplikasi tersebut diperlukan pengendalian DM yang baik. Untuk mengendalikan DM dengan baik diperlukan laboratorium lain selain dari pemeriksaan kadar glukosa darah.
Glukosa darah
- glukosa darah puasa
- glukosa 2 jam post prandial (2 jam PP)
- glukosa darah sewaktu
ADA (American Diabetic Association)/WHO (World Health Organization) menetapkan kriteria menegakkan diagnosa DM adalah bila glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl.
Sebagai persiapan, penderita diminta puasa selama 10 jam dan tidak boleh lebih. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pagi hari karena ada efek diurnal hormon terhadap glukosa. Yang digunakan sebagai sampel biasanya serum atau plasma. Bila Whole blood yang digunakan sebagai sampel nilai kadar glukosa umumnya lebih rendah 15% dibanding glukosa plasma atau serum.
Hemoglobin glikosilat (HbA1c)
Pemeriksaan HbA1c untuk memantau kadar glukosa rata-rata selama sekitar 3 bulan. Prinsipnya adalah glukosa bereaksi secara non enzimatik dengan hemoglobin menjadi glikosilat yang stabil. Banyaknya hemoglobin glikosilat yang terbentuk setara dengan glukosa darah. Karena RBC rata-rata berumur 120 hari, HbA1c menggambarkan rata-rata kadar glukosa selama sekitar 3 bulan. Sampel yang digunakan adalah darah EDTA, dengan penyimpanan pada suhu 4
0
C. nilai normal HbA1c adalah antara 4-8% dan bila diperoleh hasil penetapan HbA1c 13-20%, hal ini menunjukkan bahwa pengandalian kadar glukosa buruk.
Keton
Benda benda keton terdiri dari asam
β-hidroksibutirat , asam asetoasetat, aseton. Sebagai bahan pemeriksaan dapat berupa serum, plasma, dan urin segar. Bahan harus ditampung di tabung ertutup rapat dan harus segera diperiksa. ketonemia seperti halnya ketonuria dapat diperiksa dengan menggukanakan reagen nitropusid, namun kurang sensitif mendeteksi ketoasidosis karena hanya bereaksi dengan asam asetoasetat dan aseton. Untuk mengatasinya dapat diberikan beberapa tetes H2O2 pada sampel, dimana asam β-hidroksibutirat dioksiadasi menjadi asam asetoasetat.
Ketonuri diperiksa dengan reagen nitropusid, ketostix, atau acetest. Metoda pemeriksaan ini memiliki beberapa kelemahan seperti tidak mendeteksi asam β-hidroksibutirat, perlu urin segar, sering positip palsu bila urin mengandung antara lain obat levodopa, pyridium, captopril, dan negatif palsu bila mengandung banyak vitamin C, aspirin.
Mikroalbumin
Pemeriksaan kadar mikroalbumin urin dipakai untuk mendeteksi adanya kelainan dini pada ginjal (nefropati) penderita DM. Nefropati diabetik klinik ditandai eksresi albumin urin lebih dari 300 mg/4 jam utin atau lebih dari 200 ug/menit, atau rasio albumin/kreatinin di atas 300/g kreatinin. sampel yang dipakai urin 24 jam. normalnya albumin dieksresi ginjal antara 20 mg - 300 mg/ 24 jam. hasil positif nefropati baru bisa ditegakkan setidaknya bila didapatkan dua kali nilai abnormal pada tiga kali pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan.
Gas Darah dan Elektrolit
Penetapan parameter analisa gas darah adan elektrolit untuk membantu menetapkan adanya komplikasi DM : asidosis, ketoasidosis, asidosis laktat atu non ketotik hiperosmolar. Penderita DM kronik yang datang ke rumah sakit dalam keadaan koma, disamping pemeriksaan kadar glukosa darah, benda keton, juga peru diperiksa keadaan keseimbangan gas darahnya. Metode pemeriksaan yang dipakai "Ion selective Electroda (ISE)" dengan sampel darah arteri, darah kapiler dengan antikoagulan heparin. Untuk pemeriksaan anion gap digunakan perhitungan
[Na+
] - (Cl+ + HCO3) me/L Osmolalitas dapat dilakukan dengan osmometer atau dengan rumus serum osmolalitas = 2[Na+(meq/L) + glukosa (mg/Dl)/ 18 (mosm/kg)
]. Pemeriksaan elektrolit Na, K dan Cl dapat digunakan serum, plasma. Bila digunakan plasma, antikoagulan yang digunakan adalah heparin (ammonium heparin, lithium heparin). untuk pengukuran ion K+ perlu diperhatikan hal - hal yang memungkinkan untuk terjadinya kadar K meningkat seperti pemasangan torniquet yang terlalu lama, penderita mengepalkan tangan terlalu kuat, sampel tidak segera dipisahkan dari sel darah, atau sampel mengalami hemolisis.
Asam Laktat darah
Sampel dapat digunakan darah vena atau darah arteri. Pada waktu pengambilan sampel, penderita tidak boleh mengepalkan tangannya atau sedapatnya tidak memakai tourniquet, karna menyebabkan kadar kalium dan asam laktat meningkat. nilai normal : 0,5 - 2,2 mEq/L.
Lipid darah
Pemeriksaan kadar lipid darah untuk metapkan besarnya risiko terhadap komplikasi PJK. Mengingat prevalensi dislipidemia yang tinggi pada penderita DM. PERKENI merekomendasikan pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL dan kolesterol LDL pada saat diagnosis DM ditegakkan. Kadar lipid optimal pada DM menurut PERKENI adalah :
C-Peptidase
C-Peptidase terbentuk dari pemecahan pro insulin menjadi insulin dan C-Peptidase yang secara biologis tidak aktif. C-Peptidase lebih menggambarkan fungsi dari sel pankreas (sel islet) pada penderita DM yang diobati dengan insulin dan membentuk anti insulin antibodi. Pemeriksaan C-Peptidase digunakan untuk membedakan insulin endogen dari insulin eksogen pada keadaan hipoglikemia, membantu menetapkan adanya insulinoma yang kambuh pasca operasi.
Demikianlah pemeriksaan laboratorium yang diperlukan baik untuk menegakkan diagnosa DM maupun juga memantau pengelolaannya serta komplikasinya.
1 komentar:
mas... pngen nanya yg jual tablet acetest dmna yaa???
aku btuh buat pnelitian..
Thx..
Posting Komentar